Cerita Tentang Ahok Saat Banjir Jakarta 2013


Nggak lama setelah @janes_cs sharing tentang 100 Hari Jokowi, temannya yang juga reporter stasiun TV berita yang saat ini bertugas meliput Ahok selama menjabat sebagai Wakil Gubernur DKI juga ikut berbagi cerita pengalamannya menjadi ‘follower’ Ahok. Berikut kisah dari @indahbeauty di timeline Twitternya yang diproteksi itu, dimulai dari percakapannya dengan Janes

Baik Jokowi maupun Ahok, memang peduli ya, Janes, sama kuli tinta kayak kita. Kalau di Ahok, selalu ingatkan stafnya untuk kasih lunch buat wartawan. Bukannya kita kuli tinta yang nempel Ahok, ngeliput cuma buat dapat lunch. Tapi kepeduliannya itu, yang jarang kita temui di pejabat-pejabat lain. 
Poinnya, mereka anggap kita bukan sekadar pencari berita, tapi penghargaan mereka akan kerja keras kita dihargai. Boss tempat kita kerja aja, nggak segitu-gitunya merhatiin kita ya, Janes. *Peluk Jokowi-Ahok.*

Ahok juga suka marah-marah sama kepala dinas yang nggak becus. Tapi dia nggak ragu muji, sama kepala dinas yang sudah diomelin, terus balik kerja bagus.

Gue salut sama Jokowi-Ahok, yang bisa atasi banjir, padahal APBD belum ketok palu. Meski belum sempurna, ya tapi memang tidak ada sesuatu yang sempurna. Yang penting bagi Jokowi-Ahok, kerja buat masyarakat, yang untung harus masyarakat, bukan pemerintahnya yang untung. Itu kata Ahok, loh.


Kemarin seharian ngobrol sama Ahok. Salut, bagaimana dia kerahkan segala upaya untuk bantu evakuasi pengungsi. Ingat, dana APBD belum turun, loh! Ahok memang nggak bawa media saat mengungsikan 2000 warga dari waduk Pluit pakai kapal Dishub dan pinjam kapal pengusaha lewat laut. Yang utama saat itu bagi Ahok adalah bagaimana menyelamatkan nyawa warganya, bukan pemberitaan yang ujung-ujungnya nanti dikira pencitraan.

Kata Ahok, “bawa media dikira pencitraan. Nggak ada pemberitaan dikira nggak kerja.” Tapi pada tahu nggak, Ahok bantu evakuasi dari pagi sampai malam? Cuma mau nanya sama yang suka nyinyir (menyindir) sama Jokowi-Ahok, kalian mau nggak kerja keras buat warga seperti itu? Cuma mau nanya aja, sih.

Jadi Ahok cerita, pas Kamis, dia sampai Balai Kota, kondisi sudah banjir. Listrik mati, jadi dia disuruh Jokowi balik ke utara, pantau banjir. Sampai Pluit, kondisi banjir sudah tinggi. Dia pun kerahkan segala upaya, evakuasi warga waduk Pluit yang sudah terkepung banjir. Dengan bantuan kapal Dishub dan kapal-kapal pengusaha, tembok komplek Pantai Mutiara, dijebol buat mengangkut sekitar 2000 warga.

Hanya sekitar dua jam, warga-warga tersebut diangkut ke tempat yang lebih aman. Lalu Ahok juga cari pasir dan batu buat tanggul Laturharhary. Dalam kerjanya, Jokowi dan Ahok, memang membagi tugas. Ahok fokus ke banjir di Jakarta Barat dan Jakarta Utara.


Sejak banjir melanda daerah Pluit dan Muara Baru, Ahok keliling memohon warga untuk mau dievakuasi, mumpung air belum terlalu tinggi. Tapi warga banyak yang menolak, takut hartanya dijarah. Itu bikin Ahok kesal. Makanya dia ajak Wakapolda keliling untuk meyakinkan warga, bahwa aman. 

Tapi dasar warga bandel. Dan juga manja. Jadi kalau ada yang ngetweet, belum dapat bantuan jangan langsung percaya. Mereka rata-rata menolak dievakuasi. Alasannya, takut harta bendanya dijarah. 

Jadi mereka maunya relawan bolak-balik distribusi makanan sehari 3 kali. Tugas relawan ‘kan buat evakuasi warga. Bukan petugas delivery makanan. Makanya ada tempat pengungsian, biar diatur dengan baik. Kalau setiap hari relawan harus antar makanan ke warga yang bertahan di rumahnya, 3 kali sehari, terus bagaimana proses evakuasi warga? Makanya masyarakat, harus bisa diajak kerjasamanya. Nggak cuma kalian yang butuh bantuan. Masih banyak warga lain yang butuh. Sementara, sarana terbatas. Be wise, lah.

Jadi dari Kamis sampai Minggu, Ahok konsentrasi di daerah utara dan barat. Bahkan, mengajak warga Pluit untuk mau dipindahkan ke rusun yang disiapkan. Rusunnya nggak main-main, loh. Sudah full-furnished, mulai dari perabot sampai sembako, baju, dll. Pokoknya tinggal bawa badan aja. Artinya, pemerintah nggak main-main, ingin mensejahterakan warganya. Tapi kadang niat ini, dikritik sinis, sama orang-orang yang nggak paham.

Ahok pernah cerita, sebenarnya, dia bukannya marah-marah kalau ngomong. Sebagai orang pesisir, memang begitu cara dia bicara. Cuma orang suka salah tafsir.

Ahok juga ramah, baik sama kuli tinta, atau dengan siapapun warga yang datang mengadu kepadanya. Buat dia, pelayanan masyarakat lebih penting. Ahok juga nggak kaku, kalau diajak foto-foto sama warga. Sama kayak Jokowi. Pokoknya orangnya menyenangkan dan pekerja keras.

Saya sering ikut pejabat, tapi saya kagum dengan Ahok dan Jokowi, yang punya komitmen besar untuk kesejahteraan masyarakat. Kata Ahok, kami kerja buat untung masyarakat, bukan untung pemerintahan. Yang penting masyarakat bisa hidup layak. Beda dengan pejabat lain, yang kadang menjaga jarak dengan kuli tinta kayak saya. Sejak mengikuti Ahok, nggak ada, tuh, jaim-jaiman.


Bahkan nggak jarang, kita diajak masuk ke ruangannya untuk lihat dia kerja. Pernah dia bongkar kulkasnya, dan ngobrol-ngobrol santai sama wartawan. Pokoknya membumi banget. Saya ngomong begini, bukan maksud apa-apa, tapi saya lihat bagaimana Ahok dan Jokowi, kerja keras benahi Ibukota.

Wartawan lantai 2, biasa kita sebut yang suka mengikuti Ahok, suka panggil Ahok “Daddy Bas” atau “Kokoh”.

Pembagian tugas Jokowi-Ahok, kalau Jokowi “blusukan”, Ahok lebih mengurus soal anggaran. Dan bagaimana caranya bisa melakukan penghematan. Dan nantinya, uang penghematan itu, bisa dialokasikan ke program-program yang lebih bermanfaat buat masyarakat. Seperti KJP, KJS, dll. Dan kalian tahu nggak, sih, kalau sampai sekarang RAPBD belum diketok palu? Artinya anggaran belum keluar. Pernah tanya nggak, bagaimana pajak online bisa jalan? Terus integrasi bus sedang bisa jalan, banjir kemarin, meski belum sempurna, tapi lumayan, lah… Ingat, loh, anggaran belum ada. Itulah hebatnya Jokowi-Ahok, yang bisa lakukan berbagai upaya, meski anggaran belum turun.

Saat ditanya, siapa yang harus disalahkan banjir di Jakarta. Dengan tegas dan besar hati, Ahok bilang, itu salah pemimpin Jakarta, yaitu Jokowi-Ahok. Kata Ahok, sejak hari pertama dilantik, bila ada kesalahan anak buah atau apapun, itu tanggung jawab pemimpin. Mana ada coba pemimpin yang mau mengakui kesalahannya, meski belum tentu itu kesalahan mereka. So gentleman.

Buat Daddy Bas dan Oom Jokowi, selamat 100 hari kepemimpinan. Setia dengan komitmen awal dan jangan terlena. Semangat..!!

Oh ya, tempo hari Ahok mengundang wartawan makan siang bersama. Dia meminta kritikan dan masukan dari kami tentang hasil kerja mereka. Ahok juga minta kita kasih informasi fakta di lapangan, yang mungkin luput dari perhatian mereka. Ahok sangat terbuka dengan segala kritik dan masukan. Bagi Ahok, menjadi Wagub bukan sekadar jabatan, tapi amanah menjadi pelayan masyarakat yang baik, agar masyarakat sejahtera dan hidup lebih layak.

Perjalanan Jokowi-Ahok masih panjang, masyarakat tetap harus kritis dan mengontrol kepemimpinan mereka. Agar tetap pada komiten awal.

Oh iya satu lagi, Ahok itu punya kakak muslim dan kyai, loh… Jadi yang suka pakai SARA buat menyerang Ahok, be wise, lah.

Banyak cerita tentang Ahok, tapi sudah ngantuk. Besok harus jagain Kokoh (Ahok) lagi. Nite


Terima kasih untuk sharingnya, Kak Indah. Ditunggu cerita-cerita lainnya tentang pasangan Jokowi dan Ahok.

*Tweet dirangkum dari timeline @indahbeauty mulai pukul 9:03 PM – 22 Jan 13 sampai 12:05 AM – 23 Jan 13.*
Cerita Tentang Ahok Saat Banjir Jakarta 2013
Posted by: Risalahati Dedic Ahmad Updated at: 02:45
Cerita Tentang Ahok Saat Banjir Jakarta 2013 RISALAHATI , By Risalahati, Published: 2013-01-24T02:45:00+07:00, Title: Cerita Tentang Ahok Saat Banjir Jakarta 2013, Rating5 of 8765432 reviews

No comments:

Post a Comment