Sang guru menerima kiriman "Kitab Delapan Mata Angin" dengan suka cita. Namun, setelah membaca isinya, tanpa terduga-duga beliau mencorat-coret sampul kitab itu dengan tulisan "Kamu tak lebih dari angin kentut belaka". Sang guru mengembalikan kitab itu.
Betapa terkejutnya si murid ketika menerima dan membaca tulisan sang guru. Mukanya merah padam. Ia memutuskan untuk menemui gurunya dan meminta penjelasan apa maksud tulisan itu. Bergegas ia melepas tali perahu dan mendayung sendiri menemui gurunya.
Sesampai di sana, ia langsung bertanya pada gurunya, "Apa maksud guru menulis kata-kata kotor seperti ini?"
Jawab sang guru dengan kalem, "Lho... katanya kamu mampu bertahan dari gempuran angin badai yang datang dari delapan penjuru mata angin. tapi, mengapa, hanya dengan tiupan angin kentut saja, sudah membuatmu terpental dari seberang sana ke pulau terpencil ini, heh..?
Mendengar jawaban gurunya, ia langsung menyesali kesalahannya.
Setinggi apa pun kebijakan yang terucap di bibir atau tertulis di buku tak lebih berarti dari pada yang terpatri dalam hati.
Mata Angin
No comments:
Post a Comment