♥KUE CINTA♥



BAHAN :
1 pria sehat
1 wanita sehat
100% Komitmen
2 pasang restu orang tua
1 botol kasih sayang murni

BUMBU:
1 balok besar humor,
25 gr rekreasi,
1 bungkus doa,
2 sendok teh telpon-telponan,
(Semuanya diaduk hingga merata & mengembang)

Tips:
• Pilih pria dan wanita yang benar-benar serasi dan seimbang. • Sebaiknya dibeli di toserba bernama TEMPAT IBADAH, walaupun agak jual mahal tapi mutunya terjamin.
• Jangan beli di pasar yang bernama DISKOTIK atau PARTY karena walaupun modelnya bagus dan harum baunya tapi kadang menipu konsumen atau kadang menggunakan zat pewarna yang bisa merusak kesehatan.
• Gunakan Kasih sayang cap "IMAN, HARAP & KASIH" yang telah memiliki sertifikat ISO dari Departemen Kesehatan dan Kerohanian.

Cara Memasak:
• Pria dan Wanita dicuci bersih, buang semua masa lalunya sehingga tersisa niat tulus ikhlas
• Siapkan loyang yang telah diolesi dengan komitmen dan restu orang tua secara merata
• Masukkan niat yang murni ke dalam loyang dan panggang dengan api cinta merata sekitar 30 menit di depan penghulu atau pendeta
• Biarkan di dalam loyang tadi, sirami dengan semua bumbu di atas
• Kue siap dinikmati

Catatan:
Kue ini dapat dinikmati oleh pembuatnya seumur hidup dan paling enak dinikmati dalam keadaan kasih yang hangat !
Tapi kalau sudah agak dingin, tambahkan lagi humor segar secukupnya, rekreasi sesuai selera, serta beberapa potong doa kemudian dihangatkan lagi di oven bermerek "Tempat Ibadah" diatas api cinta. Setelah mulai hangat, jangan lupa telepon-teleponan bila berjauhan.
Selamat mencoba, dijamin halal... !
Baca Selengkapnya ... »»  

SYUKUR

ª∂a seo☺råňgƍ anak kecil berumur tahun. Kehidupan masa kecilnya Ɣyªήğ bahagia,selalu dipenuhi gelak tawa Ɣªήğ polos. Namun,hal τύ Ъќ bertahan lama. Akhirnya si anak meninggal karena kanker otak. ☺råňƍtuanya hanya ϐϊƼα menangis menyertai kepergiannya.

∂ï Surga anak τύ tersadar. ∂ï hadapannya,malaikat sedang duduk sambil memperhatikannya. Malaikat mandekatinya perlahan άϞ∂ bertanya,"Nak,kamu masih tεrℓaℓu muda untuk meninggal. Aku akan membuatmu lahir kembali,tªpї kamu Ъќ akan bersama ℓa̐gĩ dengan ☺oråňgƍtuamu.

"Ъќ apa-apa Malaikat. Aku senang masih ϐϊƼα hidup kembali."jawab anak iτύ polos.

"Oh,anak Ɣªήğ malang. Aku akan memberikanmu keistimewaan, kamu ingin terlahir seperti apa?"tanya Malaikat.

"Aku ingin lahir ∂ï tengah² keluarga Ɣªήğ sangat miskin. Aku Ъќ ingin mempunyai tangan kanan dan kaki kiri. Aku juga ingin hanya mempunyai ginjal idak άD∂ bola mata. Aku ingin jari tangan kiri dan kaki kananku saja. Aku ingin bisu dan tuli. Aku ingin jadi ☺råňƍ jelek,sangat jelek sehingga ☺råňƍ Ɣªήğ melihat jijik kepadaku.

Tentu ªjª menanggapi permintaannya Malaikat terkejut. Mengapa anak iτύ ingin demikian?

"Sayang,mengapa kamu meminta seperti iτύ?"tanya Malaikat Ɣªήğ benar² bingung dibuatny.

"Aku hanya ingin o☺råňgƍlain τ̅àϋ,masih ª∂a̲̅ aku manusia Ɣªήğ lebih buruk dari mereka. Aku ingin mereka masih ϐϊƼα mengucap "SYUKUR" ketika melihatku."jawab anak iτύ polos.

Malaikat Ɣªήğ mendengar hal iτύ mulai meneteskan air mata,lalu memeluk anak iτύ erat².

Pesan Moral:
Jika kamu merasa kamu adalah ☺råňƍ tersial dan terburuk, lihatlah ∂ï sekitarmu. Masih banyak ☺råňƍ Ɣªήğ Ъќ seberuntung kamu. Ucapkan kata ªjª,ucapkan "SYUKUR" maka kamu akan merasa kamu ☺råňƍ Ɣªήğ paling beruntung.
Baca Selengkapnya ... »»  

Cemara Hijau & Bunga-bunga cantik

Kelakuan baik berdiri tegak layaknya sebatang pohon cemara hijau.

Sedangkan kejahatan berkembang layaknya bunga-bunga.

Kelihatannya bahwa pohon cemara tersebut tidak seindah bunga-bunga.

Ketika embun beku datang, pohon cemara akan tetap berdiri tegak,
Sedangkan bunga-bunga tersebut, layu, tidak akan bisa kelihatan lagi.

Syair singkat di atas secara cerdik menyoroti dasar dari sebab dan akibat. Kelakuan baik dapat diibaratkan sebagai sebatang pohon cemara. Ketika kita melakukan perbuatan baik, itu tidak akan menarik banyak perhatian, sebaliknya kejahatan akan langsung kelihatan menarik. Ketika waktu pembalasan telah tiba, seberapa sederhananya kebaikan tersebut, akan memihak pada kebaikan sedangkan kejahatan hanya akan menuju kehancuran dan kematian.

Mari kita mengambil contoh lain. Kejahatan dapat diibaratkan sebagai batu asah. Ketika kita menggunakan batu asah setiap hari, kita tidak memperhatikan bahwa itu semakin berkurang, sampai suatu hari kita menyadari bahwa itu telah menjadi semakin kecil.

Orang jahat layaknya seperti batu asah tersebut, kamu tidak melihat dari permukaannya bahwa itu telah semakin habis, tetapi sebenarnya batu tersebut semakin hari semakin berkurang. Orang baik layaknya bunga anggrek, kamu tidak melihat bahwa itu bertumbuh, tetapi sebenarnya bunga tersebut bertumbuh setiap harinya. Jika kamu berbuat kejahatan, jangan memikirkan bahwa tidak ada orang yang akan mengetahuinya. Kamu tidak dapat lari dari sebab dan akibat, atau bahkan hati nurani kamu sendiri.

Jadi, jangan khawatir jika tidak mendapatkan hasil yang baik untuk sekarang ini. Pandanglah bunga dan rumput di perkebunan. Kelihatannya kamu tidak dapat melihat mereka tumbuh, tetapi sedikit demi sedikit, mereka tumbuh bermekaran. Ada suatu pepatah yang mengatakan, “Ketika seseorang ramah, orang lain akan mengambil keuntungan darinya, tetapi langit-langit tidak akan seperti itu. Ketika seseorang jahat, orang lain akan takut terhadapnya, tetapi langit-langit tidak akan seperti itu”. Jadi, kita tidak perlu terlalu memperhitungkan keuntungan dan kerugian untuk sementara waktu karena karma bekerja melewati 3 kehidupan, lampau, saat ini, dan masa mendatang, itu tidak pernah gagal.
Baca Selengkapnya ... »»  

Mengapa Orang Cina Sukses dan Kaya?


Sebelum membaca artikel Mengapa Orang Cina Sukses dan Kaya ini, saya ingin agar Anda membacanya dengan pikiran terbuka. Cerita ini adalah tulisan dari seseorang yang bekerja di Amerika. Dan saya harap tulisan dari "seseorang"
ini dapat memberikan inspirasi dari pengalamannya kepada kita.

Mengapa Orang Cina Sukses dan Kaya?
Saya seorang pribumi yg dulunya benci setengah mampus sama WNI Keturunan Cina. Tetapi setelah hidup di Amerika selama 10 tahun dan sekarang bekerja di salah satu bank terbesar di dunia berpus at di New York City, pandangan saya berubah dan mengerti mengapa Cina itu berbeda dengan orang pribumi.

Dan sebenarnya banyak sekali hal-hal yg kita tidak mengerti tentang cina, dan hal-hal ini sebenarnya harus kita ketahui dan kita pikirkan lagi, karena hal-hal ini adalah sesuatu yg bisa kita pakai untuk kepentingan bangsa sendiri dan utk memajukan bangsa sendiri. Bukan saya bilang bahwa kita harus berubah jadi Cina, cuma kalau memang bagus mengapa tidak ? Dan memang ada
juga hal-hal buruknya, tetapi semua bangsa juga punya.

Marilah saya mulai pendapat saya tentang perbandingan antara WNI asli dan keturunan cina : Perbedaan nyata Setelah bekerja tiga tahun lebih dan punya teman dekat orang bule dan orang Cina dari Shanghai di tempat kerja saya, saya melihat banyak sekali perbedaan-bedaan, diantaranya :

DUIT
a) Si bule, kalo gajian langsung ke bar, minum-minum sampe mabuk, beli baju baru, beli hadiah macam-macam untuk istrinya. Dan sisanya 10% di simpan di bank. Langsung makan-makan di restoran mahal, apalagi baru gajian.

b) Si Cina, kalau gajian langsung disimpan di bank, kadang-kadang di invest lagi di bank, beli Saham, atau dibungain. Bajunya itu2 saja sampe butut.

Saya pernah tanya sama dia, duitnya yg disimpen ke bank bisa sampe 75%-80% dari gaji.

c) Saya sendiri. kalo gajian biasanya boleh deh makan-makan sedikit, apalagi baru gajian, beli baju kalo ada yg on-sale (lagi di discount), beli barang-barang kebutuhan istri, sisanya kira2 tinggal 15-20% terus disimpen di bank.

Kebanyakan di Amerika, orang Cina yang kerja kantoran (sebenarnya Korea dan Jepang juga) muda-muda sudah bisa naik mobil bagus dan bisa mulai beli rumah mewah. Walaupun orang tuanya bukan konglomerat dan bukan mafia di Chinatown. Malah mereka beli barang senangnya cash, bukan kredit. Soalnya
mereka simpan duitnya benar-benar tidak bisa dikalahkan oleh bangsa lain. kalau bule atau orang hitam musti ngutang sampe tau baru bisa lunas beli rumah.

KERJAAN
a) si bule, abis kerja (biasanya jam kerja jam 8 pagi - 6 sore) hari Senen sampai hari Jumat (Sabtu dan minggu tidak kerja)) ke bar ato makan-makan ngabisin gaji. Kalau disuruh lembur tiba-tiba, biasanya kesel-kesel sendiri di kantor. Biasanya kalo hari Senen, si bule tampangnya kusut, soalnya masih lama sampe hari Sabtu, pikirannya weekend melulu. Kalo hari Kamis, si bule males kerja, pikirannya hari Jumat melulu. Terus jalan-jalan gosip kiri kanan.

b) si Cina, abis kerja langsung pulang ke rumah, masak sendiri, nggak pernah makan diluar (saya sering ngajak dia makan, cuma tidak pernah mau, mahal katanya, musti simpan duit, kecuali kalo ada hari-hari khusus). Kalau disuruh lembur tidak pernah menolak, malah sering menawarkan diri untuk kerja lembur. Kalau disuruh kerja hari sabtu atau hari minggu juga pasti mau. Kadang-kadang dia malah kerja part-time (bukan sebagai pegawai penuh)
di perusahaan lain untuk menambah uangnya.

c) saya sendiri, kalau disuruh lembur, agak malas juga kadang-kadang karena sudah punya rencana keluar pergi makan sama teman-teman kantor. Kadang-kadang ingin sekali pulang ke rumah karena di kantor melulu, cuma mau nggak mau mesti kerja (jadi kesannya terpaksa, nggak seperti si cina yg rela). Weekend paling malas kalau musti kerja.

*** Bos-bos juga biasanya suka sama orang Cina kalau soal kerjaan. Mereka soalnya pekerja yg giat dan tidak pernah bilang "NO" sama boss. Dapat kerja juga gampang kalau mukanya cina, karena dipandang sebagai "Good Worker ".
Atau pekerja giat. Jarang sekali, kecuali penting sekali dia tidak bersedia kerja lembur. Dan kalaupun tidak bersedia lembur, biasanya dia akan datang sabtu atau minggu, atau kerja lembur besoknya.

RUMAH
a) Apartment si bule, wah bagus sekali. gayanya kontemporari. Penuh dengan barang-barang perabotan dan furniture mahal. Pokoknya gajinya pasti abis ngurusin apartment dia.

b) Apartment si cina, wah... kacau. Cuma ranjang satu, dilantai saja. Meja butut, dan dua kursi butut. TV nya kecil sekali, TV kabel saja tidak punya.
Pokoknya sederhana sekali. Waktu saya tanya, dia bilang "bersakit-sakit dahulu, bersenang-senang kemudian." daerahnya pun bukan didaerah mahal, tempatnya di daerah kumuh dan kurang ada yg mau tinggal.

c) Apartment saya sendiri, yah lumayan, cuma istri saya suka juga merias rumah. Jadi apartment saya lumayan lah tidak seperti punya si Cina. Saya benar-benar salut dia bisa hidup begitu. Padahal duitnya di bank banyak.
Gaji dia saja lebih tinggi dari saya karena lebih lama di perusahaan
tersebut.

*** Setelah 10 taun, biasanya si bule, orang item, masih tinggal di
apartment atau baru ngutang beli rumah, si cina sudah bisa beli rumah sendiri. Karena nabung dengan giatnya, dan cuma beli yg penting-penting saja. Jadi uangnya ditabungkan sendiri.

*** Disini saja saya bisa lihat perbedaan-bedaan nyata, saya pertama-tama pikir, wah si Cina ini pelit amat. Masa duit banyak kayak begitu disimpan saja di bank. Dan kalau kita banding-bandingkan dengan sejarah orang-orang cina, kita akan tahu kenapa mereka (Cina) itu dalam long-range nya (jangka panjang nya) lebih maju dari pribumi di Indonesia, karena saya sempat bertukar pikiran dengan beberapa teman lagi orang Cina lainnya, orang India, orang Arab, orang Jerma n, orang Amerika, dan orang Cina ini sendiri. Kita musti tau sejarahnya orang Cina ini.Perbandingan sejarah cina dan Indonesia 
JAMAN DULU Bangsa cina adalah bangsa yg bangga dengan bangsanya, karena kebudayaan cina adalah salah satu kebudayaan yg tertua di dunia, hampir setahap dengan Mesopotamia dan Mesir. Karena itu kebudayaan cina itu
benar-benar menempel di sanubari nya. Susah sekali untuk melepaskan kebudayaan tersebut karena memang betul kebudayaan mereka itu hebat, terus terang, kalau kita bandingankan dengan kebudayaan kita (pribumi Indonesia)
kita tidak bisa mengalahkan kebudayaan orang cina. Dan memang kebudayaan mereka sudah diakui dunia.

Menurut salah satu Journal of Archeology terkemuka di dunia, orang Melayu itu unsurnya lebih banyak mengarah ke bangsa Mongol atau Cina. Jadi bangsa Indonesia itu sebenarnya Cina, walaupun secara biologis dan evolusis, ada unsur-unsur dari India dan Arab di darah orang pribumi. Tetapi orang Indonesia (Melayu) itu sebenarnya genetik nya lebih dekat ke orang Cina.

Orang cina itu sudah dari dulu 4000 tahun hidupnya diawang kesusahan terus (maksudnya rakyat kecilnya). Negara cina dari jaman dulu, katanya, sudah perang terus, rakyat kecil disiksa olah pemerintahnya sendiri, dan pemerintahnya berganti-ganti terus. Orang cina bisa dibilang salah satu bangsa yang tahan banting. Sudah biasa menderita, dan makin menderita, biasanya orang kan makin nekad dan makin berani, jadi semua jalan ditempuh,
namanya saja mau hidup, bagaimana. Ini juga terjadi di Indonesia.

Karena negaranya sendiri, Cina, banyak masalah, mereka imigrasi kemana-mana.
Mereka ada dimana-mana, teman saya orang item dari Nigeria dan Ethiopia (afrika) bilang disana pun ada banyak orang cina. Dan herannya. Cina-cina di Afrika pun sukses dan bisa dibilang tidak miskin.
DI INDONESIA Di Indonesia sendiri, waktu saya masih tinggal diJakarta, saya bisa melihat perbedaan-perbedaannya, cuma waktu itu pikiran saya belum terbuka. Saya pernah buka punya teman orang cina di Senen buka toko kain. Di sebelahnya persis ada pak Haji yg juga buka toko kain. Setelah dua tahun, bisnis si cina makin maju, dan si pak Haji sebelah akhirnya bangkrut. Ternyata bukan karena si Cina main curang atau guna-guna si pak haji.

Ternyata itu karena si cina, walaupun sudah untung, uangnya di simpan dan ditabung saja, untuk mengembangkan bisnisnya lagi. Dan dia dan istrinya makan telor ceplok saja Sedangkan si pak haji baru untung sedikit sudah makan besar di restoran karena gengsi sama keluarga nya. Nah bukannya si pak haji ini salah ? Bukannya kita bisa lihat sendiri bahwa cina ini pikirannya lebih maju lebih melihat kedepan dan lebih tahan banting ? Saya kira ini adalah suatu hal yang bisa kita contoh dari si Cina ini. Mungkin kita tidak usah terlalu pelit seperti dia, tapi juga tidak usah gengsi-gengsian.

Saya sudah bertemu dengan banyak orang dari negara yg berbeda-beda dan satu hal yg benar-benar nyata adalah orang yg TIDAK MEMBUAT KEPUTUSAN BERDASARKAN GENGSI biasanya NEGARANYA MAJU.
Coba saja lihat orang Hong Kong, orang Jepang, orang Inggris, orang Amerika, orang Jerman dan orang Singapore, mereka sudah MAJU sekali pemikirannya. Tidak seperti orang Indonesia. Kalau YA yah sudah bilang YA, kalau TIDAK yah
bilang TIDAK. Jadi tidak tidak ada yg tidak enak hati. Kalau sudah lama tidak enak hati akhirnya berantem.
Orang Indonesia sayangnya gengsinya tinggi sekali, tidak mau mengaku kalau memang salah atau harus merubah sesuatu yg jelek. Inilah kelemahannya.
Di mata Internasional bangsa Indonesia sudah terkenal sebagai NAZI Jerman versi Asia Tenggara. Waktu perang dunia ke II bangsa Jerman sedang miskin karena mereka kalah perang dunia ke I, supaya rakyat tidak marah, si Hitler yg cerdik sengaja menyalahkan orang Yahudi yg memang kaya dan menguasai
ekonomi Jerman. Dan orang Yahudi akibatnya dibantai dan tidak diperlakukan sebagai warga negara sendiri. Padahal mereka juga sudah lama tinggal di Jerman dan sudah merasa sebagai bangsa sendiri, walaupun mereka masih memegang kebudayaan mereka yg tinggi, sama seperti cina di Indonesia.
Di Indonesia anehnya, pribumi benci dengan cina tetapi bukan dengan orang Belanda atau orang Jepang. Kalau dipikir-pikir, cina itu tidak salah apa-apa. Saya sebagai pribumi baru sadar akan hal itu.

Belanda menyiksa bangsa Indonesia dan menguras harta bumi kekayaan Indonesia selama 350 tahun dan setelah pergi meninggalkan penyakit yg paling bahaya dan mendarah daging, yaitu korupsi, yg sampai sekarang juga menimbulkan krisis ekonomi setelah 53 tahun merdeka rupanya penyakit ini bukannya makin
terobati, tetapi makan menusuk dan menular ke seluruh badan dan mental bangsa Indonesia.
Bangsa Jepang, cuma menguasai 3.5 tahun, tapi menyiksa bangsa Indonesia lebih kejam dari bangsa lain. Karena kalah perang, bangsa jepang, yah mau tidak mau sekarang musti menguasai dunia secara ekonomi tidak bisa lagi main angkat senjata.
Anehnya kita sebagai pribumi malah benci dengan cina bukannya dengan Belanda atau jepang. Lucu sih. Semua bangsa lain (Korea, Cina, Burma, Vietnam, dan Afrika) benci dengan bekas penjajahnya bukan penduduk sesama yg telah hidup bertahun-tahun bersama-sama yaitu cina kalau di Indonesia.
Salah apa si cina-cina ini, tidak salah apa-apa. Kenapa mereka kelihatannya buas dalam bisnis, tamak, dan rakus ? kenapa ? Karena mereka selama tinggal di Indonesia selalu diperlakukan sebagai orang luar dan di anak-tirikan.

Coba bayangkan kalau anda-anda jadi cina, pasti anda-anda juga mau melindungi diri sendiri, siapa yg mau nggak makan besok ? atau mati ? Yah, kalau begitu, mereka jadi cerdik, agak licik, mengambil kesempatan dalam kesempitan, jadinya berhasil memegang ekonomi indonesia. Tapi mereka juga bekerja keras, JAUH.....SANGAT JAUH LEBIH KERAS DARI KITA YG PRIBUMI. Bukan cuma di Indonesia saja. orang cina sepertinya ditaruh dimana saja pasti sukses dan bekerja keras.

Mereka (cina) tidak menyerah pada nasib, dan selalu INGIN MENJADI DUA KALI LIPATKAN TARAF HIDUPNYA, kita yg pribumi, biasanya puas dengan keberhasilan
kita dan malas malasan karena merasa sudah diatas angin. Bagi cina2 ini tidak berlaku, mau setinggi apa juga, pasti bisa lebih tinggi lagi.
Kita saja yg bodoh, mau dengar omongan pemerintah yg brengsek dan mengkambing hitamkan cina. Karena mereka sendiri juga busuk tetapi takut ketahuan. Jadi mereka menggunakan cina sebagai tameng dan kambing hitamnya.

Gimana mau hidup sebagai negara yg maju coba ? Kalau tidak bersatu. Negara yg maju harus bisa hidup dengan tentram satu sama lain tidak perduli dengan warna kulit, agama, dan keturunan. Semuanya musti diakui sebagai satu bangsa.
Contohnya Amerika, mau cari orang dari mana saja ada. Cuma mereka bersatu, dan mereka sadar tiap orang punya kejelekan masing-masing. Cuma tidak digembar-gemborkan, tapi dibicarakan dan dirubah. Yg bagus nya diambil, dan dipakai bersama-sama untuk memajukan negara. Tidak segan-segan, atau gengsi,
kalau gengsi-gengsi maka tidak akan maju. Harus open (terbuka) dan mau menerima kesalahan dan musti mau berubah.
Baca Selengkapnya ... »»  

Ibu Gajah yang Buta

Dahulu kala, di sebuah kaki bukit di pegunungan Himalaya, di dekat sebuah kolam teratai, lahirlah seekor bayi gajah. Bayi gajah ini luar biasa indah menawan, putih bersih seperti salju dengan wajah yang sedikit bersemu kemerahan seperti warna batu karang. Belalainya berkilau indah bagaikan utas tali yang berwarna keperakan, gadingnya yang kuat dan kokoh membentuk sedikit lengkungan yang manis.


Ia selalu mengikuti ibunya ke manapun. Ibu Gajah memetik daun terlembut dan buah mangga termanis dari pohon-pohon yang tinggi dan kemudian memberikannya. “Kamu dulu, baru Ibu,” Ibu Gajah berkata. Ia kemudian dimandikan oleh ibunya di kolam teratai yang sejuk diantara semerbak keharuman bunga. Dengan belalainya, Ibu Gajah menghisap air lalu menyemprotkannya ke kepala dan punggung anaknya hingga bersih mengkilap. Kemudian Anak Gajah ini diam-diam mengisi belalainya, dan dengan hati-hati menyemprotkan tepat ke dahi ibunya. Tanpa berkedip, Ibu Gajah balas menyemprotkan air. Balas membalas menyemprot, mereka dengan gembira saling membasahi satu sama lain. Splish! Splash!

Setelah lelah bermain, mereka kemudian beristirahat di atas tanah yang lembut dengan kedua belalai melengkung dan saling membelit satu sama lain. Di bawah bayang-bayang sore hari, Ibu Gajah beristirahat di balik keteduhan pohon jambu air, sambil melihat putranya bermain dengan penuh keriangan bersama anak-anak gajah lainnya.

Gajah kecil tumbuh dan tumbuh hingga ia menjadi gajah tergagah dan terkuat dalam kawanannya. Pada saat yang bersamaan, Ibu Gajah pun menjadi semakin tua. Gadingnya mulai retak dan menguning, dan tidak lama kemudian Ibu Gajah menjadi buta. Anak Gajah yang telah tumbuh dewasa dan kuat ini kemudian memetik daun terlembut dan buah mangga termanis dari pohon-pohon yang tinggi dan memberikannya kepada ibunya yang telah tua dan buta yang amat ia sayangi. “Ibu dulu, baru Aku,” ia berkata.

Ia memandikan ibunya di kolam teratai yang sejuk diantara semerbak keharuman bunga. Dengan belalainya, ia menyemprotkan air ke kepala dan punggung ibunya hingga bersih mengkilap. Setelah itu, mereka kemudian beristirahat di atas tanah yang lembut dengan kedua belalai saling membelit satu sama lain. Di bawah bayang-bayang sore hari, Anak Gajah menuntun ibunya untuk beristirahat di balik keteduhan pohon jambu air. Ia kemudian pergi bersama gajah-gajah yang lain.

Suatu hari seorang raja pergi berburu dan melihat seekor gajah putih yang begitu indah. “Luar biasa indah! Aku harus memilikinya sebagai peliharaan untuk ditunggangi!” Raja lalu menangkap gajah tersebut dan membawanya ke kandang istana. Raja memberikan kain sutra dan permata yang indah serta untaian kalung bunga teratai kepada gajah tersebut. Raja juga memberikannya rumput manis dan buah-buahan yang lezat serta air murni yang segar untuk diminum.

Akan tetapi, gajah tersebut tidak mau makan ataupun minum. Ia terus menerus menangis, dan menjadi semakin kurus dari hari ke hari. “Gajah yang mulia,” Raja berkata, “Aku menyayangimu dan memberimu sutra dan permata. Aku juga memberikan makanan terbaik dan air termurni, namun Engkau tidak juga mau makan dan minum. Lalu apa yang bisa membuatmu bahagia?” Gajah tersebut menjawab, “Sutra dan permata, makanan dan minuman tidak membuatku bahagia. Ibuku yang sudah tua dan buta sedang sendirian di hutan tanpa ada seorangpun yang merawatnya. Walaupun aku akan mati, aku tidak akan makan dan minum sebelum aku memberikannya terlebih dahulu kepada Ibu.”

Raja terharu dan berkata, “Tidak pernah aku menyaksikan kebaikan yang sedemikian rupa, bahkan diantara manusia. Tidaklah benar untuk mengurung gajah ini.” Setelah dilepaskan, gajah tersebut segera berlari diantara bebukitan mencari ibunya. Ia menemukan ibunya di tepi kolam teratai. Ibu Gajah berbaring di atas lumpur, terlalu lemah untuk bergerak. Dengan air mata yang membasahi pelupuk matanya, Anak Gajah tersebut mengisi belalainya dengan air dan menyemprotkan ke kepala dan punggung ibunya hingga bersih mengkilap. “Apakah hujan?” Ibu Gajah bertanya-tanya, “atau anakku telah kembali?” “Ini anakmu, Ibu!” ia berseru, “Raja telah membebaskan aku!” Ketika ia membersihkan mata ibunya, terjadi keajaiban. Penglihatan ibunya pulih kembali. “Semoga Raja hari ini berbahagia sebagaimana kebahagiaanku bisa melihat anakku kembali!” Ibu Gajah berkata.

Anak Gajah kemudian memetik daun terlembut dan buah mangga termanis dari sebuah pohon dan memberikannya kepada ibunya, “Ibu dulu, baru Aku.”
Baca Selengkapnya ... »»  

Nilai Kehidupan

Alkisah, ada seorang pemuda yang hidup sebatang kara. Pendidikan rendah, hidup dari bekerja sebagai buruh tani milik tuan tanah yang kaya raya. Walapun hidupnya sederhana tetapi sesungguhnya dia bisa melewati kesehariannya dengan baik.

Pada suatu ketika, si pemuda merasa jenuh dengan kehidupannya. Dia tidak mengerti, untuk apa sebenarnya hidup di dunia ini. Setiap hari bekerja di ladang orang demi sesuap nasi. Hanya sekadar melewati hari untuk menunggu kapan akan mati. Pemuda itu merasa hampa, putus asa, dan tidak memiliki arti.

"Daripada tidak tahu hidup untuk apa dan hanya menunggu mati, lebih baik aku mengakhiri saja kehidupan ini," katanya dalam hati. Disiapkannya seutas tali dan dia berniat menggantung diri di sebatang pohon.

Pohon yang dituju, saat melihat gelagat seperti itu, tiba-tiba menyela lembut. "Anak muda yang tampan dan baik hati, tolong jangan menggantung diri di dahanku yang telah berumur ini. Sayang, bila dia patah. Padahal setiap pagi ada banyak burung yang hinggap di situ, bernyanyi riang untuk menghibur siapapun yang berada di sekitar sini."

Dengan bersungut-sungut, si pemuda pergi melanjutkan memilih pohon yang lain, tidak jauh dari situ. Saat bersiap-siap, kembali terdengar suara lirih si pohon, "Hai anak muda. Kamu lihat di atas sini, ada sarang tawon yang sedang dikerjakan oleh begitu banyak lebah dengan tekun dan rajin. Jika kamu mau bunuh diri, silakan pindah ke tempat lain. Kasihanilah lebah dan manusia yang telah bekerja keras tetapi tidak dapat menikmati hasilnya."

Sekali lagi, tanpa menjawab sepatah kata pun, si pemuda berjalan mencari pohon yang lain. Kata yang didengarpun tidak jauh berbeda, "Anak muda, karena rindangnya daunku, banyak dimanfaatkan oleh manusia dan hewan untuk sekadar beristirahat atau berteduh di bawah dedaunanku. Tolong jangan mati di sini."

Setelah pohon yang ketiga kalinya, si pemuda termenung dan berpikir, "Bahkan sebatang pohonpun begitu menghargai kehidupan ini. Mereka menyayangi dirinya sendiri agar tidak patah, tidak terusik, dan tetap rindang untuk bisa melindungi alam dan bermanfaat bagi makhluk lain".

Segera timbul kesadaran baru. "Aku manusia; masih muda, kuat, dan sehat. Tidak pantas aku melenyapkan kehidupanku sendiri. Mulai sekarang, aku harus punya cita-cita dan akan bekerja dengan baik untuk bisa pula bermanfaat bagi makhluk lain".

Si pemuda pun pulang ke rumahnya dengan penuh semangat dan perasaan lega.Teman-teman yang luar biasa,

Kalau kita mengisi kehidupan ini dengan menggerutu, mengeluh, dan pesimis, tentu kita menjalani hidup ini (dengan) terasa terbeban dan saat tidak mampu lagi menahan akan memungkinkan kita mengambil jalan pintas yaitu bunuh diri.

Sebaliknya, kalau kita mampu menyadari sebenarnya kehidupan ini begitu indah dan menggairahkan, tentu kita akan menghargai kehidupan ini. Kita akan mengisi kehidupan kita, setiap hari penuh dengan optimisme, penuh harapan dan cita-cita yang diperjuangkan, serta mampu bergaul dengan manusia-manusia lainnya.

Maka, jangan melayani perasaan negatif. Usir segera. Biasakan memelihara pikiran positif, sikap positif, dan tindakan positif. Dengan demikian kita akan menjalani kehidupan ini penuh dengan syukur, semangat, dan sukses luar biasa!
Baca Selengkapnya ... »»  

Kanker dan Keheningan

Disadur dari buku siCacing dan kotoran kesayangannya no.2 (Ajahn Brahm)

Pada suatu acara makan malam, seorang perempuan ahli biokimia mulai berbicara dengan saya. Mereka terutama ingin tahu bagaimana seorang biksu mengetahui sifat dan cara kerja meditasi. la sedang melakukan riset mutakhir untuk melihat apa yang ia sebut sebagai "ombak" dari satu unit pikiran dalam otak dan bagaimana hal itu berombak melalui sistem saraf sampai memengaruhi tubuh,terutama sel kanker. Ia mengatakan bahwa ia bisa mellhat sebab-akibat dari satu pikiran ke pikiran lainnya dan bagaimana hal itu memengaruhi tumor. Banyak orang tahu apa yang terjadi, namun bagaimana mekanismenya, hubungan sebenarnya antara seluruh ”ombak pengaruhnya" ia sebut begitu, yang membuat tumor bertambah besar atau malah menekan dan menyusutkannya. la bisa melihat hal itu dalam risetnya. Itulah mengapa ia ingin menjalin komunikasi dengan saya sebagai seorang meditator mengenai bagaimana kita bisa mengendalikan cara kita berpikir. Dan saya tahu berdasarkan pengalaman bahwa pikiran terbaik dari segala pikiran adalah tidak ada pikiran sama sekali hening. Dalam keheningan itu, dalam damai, di situlah terjadi banyak penyembuhan fisik. Saya selalu ingat seorang pria yang mengikuti retret saya di Sydney bertahun-tahun lalu. Dalam retret meditasi, peserta seharusnya diam ketika bermeditasi, namun pria ini terus menarik dan mengembus napas lewat mulutnya dengan berisik. Ia bernapas begitu berat dalam setiap sesi meditasi duduk. Lalu ada peserta yang menghadap saya dan mengeluh, "Bisakah Ajahn memberitahu orang ini agar diam? Saya sedang belajar meditasi? Saya berkata, "Ia punya tumor di saluran pernapasannya yang memblokir kedua lubang hidungnya. Tumornya fatal. Dokter-dokter sudah menyerah melakukan operasi, kemoterapi, radiasi, dan angkat tangan merawatnya. la datang ke retret meditasi ini sebagai upaya terakhirnya?
Ketika saya memberitahu semua peserta lain mengenai hal ini, mereka merasa sangat malu dan bersalah karena mengeluhkan orang yang umurnya hanya tersisa beberapa minggu ini. Pria dengan tumor itu kemudian memberitahu saya pada hari terakhir retret bahwa ia tengah bernapas keras-keras, namun tanpa berpikir, hening, ketika ia mendengar bunyi “pop” Saat itu ia bisa bernapas lagi dengan hidungnya. ltulah yang ia katakan, bunyi pop, ketika saluran hidungnya terbuka, namun hanya selama 5-1O menit Ialu menutup lagi. Bagaimanapun, itu Iuar biasa. Tapi saya pikir meditasi bekerja agak terlambat baginya. Saya tak pernah mengira ia akan bertahan hidup. Beberapa tahun kemudian, saat
mengajar meditasi di Sydney, pria ini datang dan berkata, ”Ajahn ingat saya?"”Tentu saja tidak. Siapa ya?"sebagai biksu saya kan harus jujur. la adalah pria dengan tumor itu. la berhasil mengatasi penyakitnya dangan meditasi dan saluran napas di hidungnya telah membuka. Lalu la berkeliling mengajar orang-orang bagaimana menjadi damai, hening, karena kankernya telah mengalaml penyusutan, padahal seharusnya ia telah meninggal bertahun-tahun yang Ialu. Keheningan seperti itu sangat ampuh bagi tubuh kita. Ketika kita berpikir, kita menciptakan ketegangan bagi diri sendiri dan malah memberi makan penyakit kita.
Baca Selengkapnya ... »»