Home »
Archives for 10/16/11
Seorang Dosen mengadakan suatu permainan kecil kepada mahasiswanya yang sudah berumah tangga."Mari Kita buat satu permainan, mohon satu orang bantu saya sebentar."Kemudian salah satu mahasiswa berjalan menuju Papan Tulis.
DOSEN: Silahkan Tulis 10 nama yg paling dekat dengan anda pada papan Tulis.Dalam sekejap sudah dituliskan semuanya oleh mahasiswa tersebut.Ada nama tetangganya, nama orang tuanya, kekasihnya, anaknya dan lain-lain.
Dosen: Sekarang silahkan Coret 2 nama yg menurut anda tidak penting.Mahasiswa itu lalu mencoret nama tetangganya.
Dosen: Silahkan Coret 2 lagi !Mahasiswa itu lalu mencoret nama teman2 kantornya.
Dosen: silahkan Coret 1 lagi !Mahasiswa Itu mencoret lagi satu nama dari papan tulis dan seterus sampai tersisa 3 nama yaitu orang tuanya, istrinya, dan anaknya.Suasana kelas hening... Mereka mengira semua sudah selesai dan tidak ada lagi yg harus d pilih.Tiba tiba Dosen Berkata
Dosen: Silahkan Coret 1 lag i!Mahasiswa itu perlahan mengambil pilihan yg amat sulit lalu dia mencoret nama orang tuanya secara perlahan.
Dosen: Silahkan Coret 1 lagi!Hatinya menjadi bingung. Kemudian mengangkat kapur dan lambat laun mencoret nama anaknya.Dalam sekejap waktu mahasiswa itupun menangis.Setelah suasana tenang sang Dosen bertanya kepada Mahasiswa itu. "Orang terkasihmu bukan orang tuamu dan anakmu? Orang tua yang membesarkan Anda, anak anda adalah darah daging anda , sedang istri itu bisa di cari lagi. Tapi mengapa anda berbalik memilih istri anda sebagai orang yang paling sulit untuk dipisahkan?Semua orang didalam kelas terpana dan menunggu apa jawaban dari Mahasiswa tersebut.Lalu mahasiswa itu perlahan berkata, "Sesuai waktu yang berlalu, orang tua akan pergi dan meninggalkan saya, sedang anak jika sudah dewasa setelah itu menikah pasti meninggalkan saya juga, yang benar2 bisa menemani saya dalam hidup ini hanyalah istri saya
Baca Selengkapnya ... »»
Suatu hari seorang ayah menyuruh anak2nya ke hutan melihat sebuah pohon pir di waktu yg berbeda.
Anak pertama disuruhnya pergi pada musim DINGIN,
anak ke 2 pada musim SEMI,
anak ke 3 pada musim PANAS,
dan yg ke 4 pada musim GUGUR.
Anak 1: pohon pir itu tampak sangat jelek dan batangnya bengkok.
Anak 2: pohon itu dipenuhi kuncup2 hijau yg menjanjikan.
Anak 3: pohon itu dipenuhi dgn bunga2 yg menebarkan bau yg harum.
Anak 4: ia tdk setuju dgn saudaranya, ia berkata bhw pohon itu penuh dgn buah yg matang dan ranum.
Kemudian sang ayah berkata bhw kalian semua benar, hanya saja kalian melihat di waktu yg berbeda.
Ayahnya berpesan: "Mulai sekarang jangan pernah menilai kehidupan hanya berdasarkan satu masa yg sulit."
Ketika kamu sedang mengalami masa2 sulit, segalanya terlihat tdk menjanjikan, banyak kegagalan dan kekecewaan, jangan cepat menyalahkan diri dan orang lain bahkan berkata bhw kamu tdk mampu, bodoh dan bernasib sial...
Ingatlah, kamu berharga di mata TUHAN, tdk ada istilah "nasib sial" bagi orang percaya!
Kerjakan yg menjadi bagianmu dan percayalah TUHAN akan mengerjakan bagian-Nya...
Jika kamu tdk bersabar ketika berada di musim dingin, maka kamu akan kehilangan musim semi dan musim panas yg menjanjikan harapan, dan kamu tdk akan menuai hasil di musim gugur.
"Kegelapan malam tdk seterusnya bertahan, esok akan datang fajar yg mengusir kegelapan.".
Selalu ada pengharapan yg baru.
Baca Selengkapnya ... »»
Kita ini begitu kritis. Kita sering sekali menghakimi… yaa, biksu jahat, kaum gay jahat, heteroseksual jahat, ini jahat, itu jahat, semuanya jahat. Anda tahu mengapa kita berpikir seperti itu? Karena kita berpikir bahwa kita jahat. Itulah alasannya.
Jadi ketika kita tidak menghakimi diri sendiri, kita tidak menghakimi orang lain. Itulah sebabnya tertulis dlm Alkitab, “Jangan kamu menghakimi, supaya kamu tidak dihakimi.” Jika kita menghakimi orang lain, itu bukan berarti Tuhan menghakimi kita. Saya telah memahami hal ini sejak lama bahkan sebelum saya menjadi Buddhis: jangan menghakimi, jika tidak mau dihakimi. Jika kita menghakimi orang lain, kita menghakimi diri sendiri dan kita akan dihakimi diri kita sendiri. Jadi, berhentilah menghakimi diri sendiri.
Ada kisah kecil yg diceritakan seorang biksu Jerman kepada saya. Ia mendapatkannya dari sebuah buku jerman yg belum diterbitkan ke bahasa Inggris, mengenai kisah anak anak yg mengingat pengalaman tubuh astral atau keluar dari tubuh. Salah satu kisah menariknya mengenai anak muda yg karena kecelakaan atau penyakit saat berusia 8 atau 9 tahun, meninggal di rumah sakit dan hidup kembali. Ketika ia menuturkan kisahnya saat meninggal, ia mengatakan bahwa ia mengambang di sekitar tubuhnya, lalu melayang ke desanya dan tiba di sebuah gudang.
Di gudang ini ada malaikat maut, yang baru memeriksa semua orang yang baru meninggal. Semua orang mati pergi ke gudang ini. “Siapa namamu?” Tanya sang malaikat kepada anak itu,”Kamu seharusnya tidak ke sini. Kamu tidak sepatutnya mati, tapi sebelum kami mengirimmu kembali, kamu bisa tinggal di sini dan melihat apa yg terjadi”.
Orang berikutnya yg datang adalah petani Jerman yg baru saja meninggal. Menurut penuturan anak ini, ia mengatakan bahwa ketika malaikat maut menanyakan nama petani itu dan melihat ke buku catatannya, ia berkata,”Namamu terdaftar di sini. Apa kamu pernah membunuh siapa pun? Membunuh apa pun? Petani itu menjawab,”Mungkin satu atau dua hewan kecil.”Lalu malaikat itu berpaling ke bocah itu dan berkata,”Kamu lihat, bahkan saat mati pun, ia masih berbohong.” Rupanya petani ini telah membunuh begitu banyak domba dan sapi, namun ia mengatakan hanya satu atau dua.
Lalu, ketika mereka sedang bicara seperti ini, ada orang lain yg masuk melewati gudang itu dan langsung naik ke langit. Bocah itu bertanya,”Mengapa Anda tidak menanyai dia apa yang dia lakukan? Malaikat itu berpaling, dan mengucapkan bagian paling indah dalam kisah ini:”Lihat pria yang pergi ke surga itu. Dia tidak pernah menghakimi siapapun sepanjang hidupnya, karena itu kami tidak akan menghakiminya.”
Saya selalu menyukai kisah ini. Itulah bagaimana bocah itu menuturkan kisah itu ketika terbangun. Inilah bagaimana ia menjelaskan pengalamannya. Seseorang mencapai kebahagiaan; kami tidak akan menghakiminya karena dia tidak pernah menghakimi siapa pun. Anda menghakimi diri Anda sendiri pada saat kematian, orang yg membaca buku itu adalah diri Anda sendiri, bukan orang lain. Anda tidak bisa berbohong kepada diri Anda sendiri. Anda bisa mencobanya, namun Anda tidak akan bisa. Jadi, janganlah menghakimi, melainkan : pintu hatiku terbuka untukmu…, pintu hatiku terbuka untukku….
SUMBER : SI CACING DAN KOTORAN KESAYANGANNYA BY AJAHN BRAHM
Baca Selengkapnya ... »»
Di sebuah museum megah,
sebuah patung marmer yg sangat indah, diletakkan diatas lantai marmer.
Banyak pengunjung yg mengagumi patung cantik itu.
Di malam hari, si lantai mengajak sang patung untuk berbicara.
Lantai:
"Hei Patung, dunia ini tidak adil.
Mengapa semua pengunjung mengagumi kecantikanmu?
Sangat Tidak Adil !!"
Patung:
"Temanku, apakah masih ingat bahwa sebenarnya kita berasal dari gua yg sama?"
Lantai:
"Tepat sekali !!
Itu sebabnya aku tambah yakin kalo dunia ini tdk adil.
Kita dilahirkan dari gua yg sama,
namun mendapat perlakuan berbeda.
Tidak adil !!"
Patung:
"Tapi kau masih ingat ketika si pemahat datang & berusaha membentukmu.
Kamu malah menolak usahanya ?"
Lantai:
"Tentu aku masih ingat.
Aku sangat benci orang itu!
Aku tidak mengerti mengapa ia ingin membentukku & alat-alatnya sangat menyakitkan tubuhku"
Patung:
"Tepat sekali !!
Si pemahat tak dapat bekerja denganmu karna kamu berusaha melawannya"
Lantai:
"Emangnya kenapa ?"
Patung:
"Si pemahat melirik aku.
Aku yakin hidupku akan berubah dgn sentuhannya.
Aku tidak melawan alat-alat pahatnya walaupun rasa sakit yg tidak tertahankan harus kulalui"
Lantai:
"Hmm..."
Patung:
"Temanku, selalu ada harga yg harus dibayar jika ingin mencapai sesuatu di dalam hidup ini.
Jika kita menyerah terhadap tantangan yg dapat merubah nasib kita,
kita tidak logis menyalahkan orang lain atas kemalangan yg dialami"
Hadapi apapun yg terjadi , jangan pernah menyerah
Baca Selengkapnya ... »»