“Lalu kenapa kau masih menolongnya?” “Menggigit adalah sifatnya, welas asih adalah sifatku. Sifatku takkan mungkin berubah hanya karena pengaruh sifatnya. Jalan Bodhisattva tak mengenal kata menderita dalam menolong makhluk lain.” Sekali lagi kepiting itu tercebur dalam sungai. Siswa itu melihat tangannya yang membengkak karena beberapa kali gigitan kepiting, lalu melihat kepiting yang meronta-ronta dalam seretan arus sungai. Tanpa ragu-ragu ia kembali mengulurkan tangan berusaha mengangkat kepiting itu. Kali ini Guru Chan memberikan sebatang ranting kepadanya. Sang siswa paham akan maksud Guru Chan itu, ia segera mengambil ranting itu dan menggunakannya untuk mengangkat kepiting dari dalam sungai. Kali ini tangannya bebas dari gigitan kepiting. Guru Chan berkata sambil tertawa, “Welas asih adalah hal yang bajik dan benar, tetapi welas asih juga harus disertai metode yang bijaksana.”
Dalam membimbing makhluk hidup, Bodhisattva juga harus mempelajari pintu Dharma yang tak terhingga yang juga meliputi ilmu-ilmu keduniawian. Menggunakan cara atau peralatan bukan berarti merendahkan makna welas asih
Menolong Kepiting
Posted by: Risalahati
Dedic Ahmad Updated at: 06:20
No comments:
Post a Comment