1. Riwayat Hidup
Nama lengkap Syekh Muhammad Arsyad bin Abdullah bin Abdru Rahman al-Banjari
dilahirkan pada tanggal 15 Shafar 1122 H / 17 Maret 1710 M. di Kampung
Lok Gobang, Martapura, Kalimantan. Semasa kecil, ia termasuk anak yang
cerdas, tidak saja cepat menangkap ilmu agama yang diajarkan
kepadanya, tapi ia juga pandai mengembangkan diri dengan mempelajari
ilmu lainnya. Selain itu, ia juga memiliki bakat melukis. Ayahnya,
Abdullah, dan ibunya adalah sepasang suami-istri yang hidup sebagai zuhud yang taat menjalankan ibadah agama.
Semenjak
masih kecil, oleh kedua orang tuanya, Syekh Muhammad Arsyad al-Banjari
dididik dengan penuh perhatian dan dengan tekun mengajarkan agama
Islam kepadanya. Setelah itu, ia dijadikan sebagai anak angkat oleh
penguasa Kerajaan Banjar Sultan Tahmidullah, karena Sultan merasa bahwa
Muhammad Arsyad adalah anak yang campin, cerdas dan memiliki
bakat melukis. Ia pun hidup di lingkungan istana, segala keperluan dan
pendidikannya di bawah pengawasan Sultan Tahmidullah secara langsung.
Dengan didikan yang bagus, pengawasan yang ketat, Muhammad Arsyad pun
tumbuh menjadi seorang santri yang cemerlang. Kemudian ia pun dikirim
oleh Sultan ke Timur Tengah untuk memperdalam ilmu agama. Ia menempuh
pendidikan selama tiga puluh tahun di Mekkah dan lima tahun di Madina. Di
Mekkah dan Madina pernah berguru pada Syeikh Muhammad bin Sulaiman
al-Kurdi, Syeikh ‘Athaullah dan Syeikh Muhammad bin Abdul Karim
as-Sammani al-Madani. Selain belajar kepada ulama-ulama bangsa Arab,
juga belajar kepada ulama-ulama yang berasal dari dunia Melayus
seperti; Syeikh Abdur Rahman bin Abdul Mubin Pauh Bok al-Fathani,
Syeikh Muhammad Zain bin Faqih Jalaluddin Aceh dan Syeikh Muhammad ‘Aqib
bin Hasanuddin al-Falimbani.
Setelah
menimba ilmu di Mekah dan di Madinah, Syekh Muhammad Arsyad al-Banjari
pun kembali ke Kalimantan. Kemudian ia mulai sibuk mengajar dan
mengatur berbagai dasar-dasar syariat Islam dengan mendirikan
hukum-hukum syariat Islam yang ditangani langsung oleh Sultan
Tahmidullah, serta membangun struktur organisasi keagamaan dengan
mengangkat seorang mufti kerajaan yang membawahi beberapa orang qadhi. Berbeda
dengan tradisi kebanyakan ulama, ketika mereka belajar dan mengajar di
Mekah, sekaligus menulis kitab di Mekah juga. Akan tetapi, lain halnya
dengan Syeikh Muhammad Arsyad al-Banjari, walaupun dipercayai bahwa ia
juga pernah mengajar di Mekah, namun karya-karya yang telah
dihasilkannya semua ditulis di Banjar. Ini menunjukkan bahwa ia
betul-betul mencurahkan khidmat derma baktinya di tempat kelahirannya
yang telah menjadi tanggungjawabnya.
Syekh Muhammad Arsyad al-Banjari wafat dalam usia 105 tahun, pada 6 Syawal 1227 H. / 3 Oktober 1812 M. di
Martapura Kalimantan Selatan dan dimakamkan di Kampung Kalampaian.
Salah satu karya peninggalannya paling terkenal yaitu kitab fiqh Sabilal Muhtain
yang masih dijadikan sebagai bahan rujukan hukum-hukum fiqh di
Indonesia dan nama kitab itu diabadikan pada sebuah Mesjib besar di
Banjarmasin bernama Mesjid Sabilal Muhtadin.
2. Pemikiran
(Dalam proses pengumpulan data)
3. Karya-karya
Sebagai sosok ulama besar, Syekh Muhammad Arsyad al-Banjari telah mengarang beberapa kitab dalam bahasa Melayu, yaitu:
- Tuhfah ar-Raghibin fi Bayani Haqiqah Iman al-Mu‘minin wa ma Yufsiduhu Riddah ar-Murtaddin, diselesaikan tahun 1188 H/1774 M.
- Luqtah al-‘Ajlan fi al-Haidhi wa al-Istihadhah wa an-Nifas an-Nis-yan, diselesaikan tahun 1192 H/1778 M.
- Sabil al-Muhtadin li at-Tafaqquhi fi Amri ad-Din, diseselesaikan pada hari Ahad, 27 Rabiulakhir 1195 H/1780 M. Dicap Quastantiniyah (Konstantinopel, Turki, Mekah dan Madinah.
- Risalah Qaul al-Mukhtashar, diselesaikan pada hari Khamis 22 Rabiulawal 1196 H/1781 M.
- Kitab Bab an-Nikah.
- Bidayah al-Mubtadi wa ‘Umdah al-Auladi.
- Kanzu al-Ma‘rifah.
- Ushul ad-Din.
- Kitab al-Faraid.
- Hasyiyah Fat-h al-Wahhab.
- Mushhaf al-Quran al-Karim.
- Fath ar-Rahman.
- Arkanu Ta‘lim as-Shibyan.
- Bulugh al-Maram.
- Fi Bayani Qadha‘ wa al-Qadar wa al-Waba‘.
- Tuhfah al-Ahbab.
- Khuthbah Muthlaqah Pakai Makna. Kitab ini dikumpulkan semula oleh keturunannya, Abdur Rahman Shiddiq al-Banjari, dicetak oleh Mathba‘ah Al-Ahmadiah, Singapura.
Syekh Muhammad Arsyad Al-Banjari (2)
Posted by: Risalahati
Dedic Ahmad Updated at: 15:45
No comments:
Post a Comment