Jalaluddin ditanya, ”Adakah jalan yang lebih dekat menuju Tuhan daripada
Shalat?” ”Tidak,” dia menjawab; ”namun shalat itu bukan hanya bentuknya
saja. Shalat itu ada permulaan dan ujungnya, sepertinya semua yang
berbentuk dan bertubuh dan yang melibatkan ucapan dan suara; tapi jiwa
itu bebas dan tak terbatas. Para Nabi telah memperlihatkan hakekat
shalat yang sesungguhnya. ...Shalat adalah ketenggelaman dan
ketidaksadaran jiwa, sehingga seluruh bentuk-bentuknya tinggal di
permukaan. Shalat itu, bahkan Jibril, yang merupakan ruh Suci tak dapat
ruang. Orang dapat bekerja, siapa yang shalat seperti ini dikecualikan
dari kewajiban agama, karena dia kehilangan kesadaran. Tenggelam dalam
Kesatuan Ilahi itu adalah jiwa shalat.”
JIWA SHALAT
Posted by: Risalahati
Dedic Ahmad Updated at: 22:34
No comments:
Post a Comment