Betapa bahagia saat kita duduk di istana, kau dan aku,
Dua sosok dan dua tubuh namun hanya satu jiwa, kau dan aku.
Harum semak dan senandung burung ’kan menebarkan pesona
Pada saat kita memasuki taman, kau dan aku.
Bintang-bintang nan beredar sengaja menatap kita lama-lama:
Bagi mereka kita ’kan jadi bulan, kau dan aku.
Kau dan aku, yang tak terpisahkan lagi, ’kan menyatu dalam kenikmatan puncak,
Bercanda ria serta bebas dari percakapan dungu, kau dan aku.
Burung-burung yang terbang di langit ’kan menatap iri
Karena kita tertawa riang gembira, kau dan aku.
Sungguh ajaib, kau dan aku, duduk di sudut yang sama di sini,
Pada saat yang sama berada di Irak da khurasan, kau dan aku.
Dua sosok dan dua tubuh namun hanya satu jiwa, kau dan aku.
Harum semak dan senandung burung ’kan menebarkan pesona
Pada saat kita memasuki taman, kau dan aku.
Bintang-bintang nan beredar sengaja menatap kita lama-lama:
Bagi mereka kita ’kan jadi bulan, kau dan aku.
Kau dan aku, yang tak terpisahkan lagi, ’kan menyatu dalam kenikmatan puncak,
Bercanda ria serta bebas dari percakapan dungu, kau dan aku.
Burung-burung yang terbang di langit ’kan menatap iri
Karena kita tertawa riang gembira, kau dan aku.
Sungguh ajaib, kau dan aku, duduk di sudut yang sama di sini,
Pada saat yang sama berada di Irak da khurasan, kau dan aku.
”PERKAWINAN”
Posted by: Risalahati
Dedic Ahmad Updated at: 21:22
No comments:
Post a Comment