Kondisi sekitar areal Situs Gunung Padang di Kecamatan Campaka, Cianjur, Jawa Barat, dinilai Pusat Arkeologi Nasional (Arkenas) harus diselamatkan. Pasalnya kini banyak campur tangan manusia yang bisa merusak Situs Gunung Padang. Salah satunya dengan adanya menara pandang di Zonasi II.
Penanggung jawab kegiatan arkeologi senior Pusat Arkeologi Nasional Prof Dr Munardjito menegaskan penelitian yang dilakukannya kurang lebih selama 3 minggu ini, membuktikan adanya berbagai pengrusakan yang dilakukan para pengunjung dan oleh peneliti sebelumnya.
"Kami dari Pusat Arkeologi Nasional melakukan penelitian dengan tidak melakukan pengeboran mendalam dengan mengrusak zonasi yang ada di sini. Pasalnya kami melakukan penelitian dengan sangat hati-hati," kata Munardjito di sela-sela acara Forum Diskusi dan Sosialisasi tentang Hasil Penelitian Kawasan Gunung Padang di Hotel Cianjur, Kamis 29 November 2012.
Dikatakannya penelitian itu bertujuan segera mengamankan situs cagar budaya ini dari adanya pengrusakan. Pasalnya setelah dikaji beberapa minggu ini ada beberapa fakta yang mengagumkan dari Situs Gunung Padang ini. "Seperti usia Gunung Padang yang diperkirakan sebelum abad ke-5 Masehi dan Gunung Padang ini dibuat dengan cara dan kekuatan manusia yang luar biasa," ucapnya.
Menurutnnya pengrusakan yang terjadi itu, seperti membiarkan adanya tindakan pengolahan cagar budaya yang tidak benar, dengan memancangkan menara pandang pada zonasi ke II, yang sebenarnya merupakan penyangga dan zona I (inti). "Seharusnya di dalam zona seluas 129.000 meter persegi ini dijaga dengan baik. Jangan sampai ada pembangunan. Pasalnya, ini bisa merusak berdirinya beberapa batu yang berada di situ Gunung Padang ini," ujarnya.
Tidak hanya itu menurutnya banyak wisatawan yang datang ke Situs Gunung Padang ini hanya melakukan pengrusakan secara perlahan, seperti menginjak batu, bahkan tidak sedikit yang dijadikan keset alas kaki, lantaran di sana kini kerap hujan dan becek. "Ada pengunjung yang mencorat-coret bebatuan dengan tipe ex dan membuang sisa makanan sembarang tempat. Ironisnya ada pengunjung yang membawa bebatuan di Gunung Padanga ke rumahnya. Sehingga jelas situs ini butuh perlindungan," ujarnya.
Menurut penelitiannya usia dari Gunung Padang ini sebelum peradaban manusia mengenal tulisan, yakni sekitar abad V sebelum adanya kerajaan Hindu Budha. Namun penelitiannya ini mesti terus mendalam dan butuh waktu. "Kini penelitian baru hipotesis belum sampai tesis, dan kami belum bisa cepat mengambil simpulan. Namun kami terus bekerja secara maksimal guna menguak tabir Gunung Padang ini. Salah satunya dengan menggunakan alat 3D scaning," ujarnya.
Diharapkannya guna melestarikan Gunung Padang Pemerintah Kabupaten Cianjur bisa mengeluarkan SK Bupati mengenai penetapan zonasi cagar budaya yang telah diteliti oleh timnya. Pasalnya, hal ini juga merupakan asset bangsa yang tidak ternilai harganya, sehingga harus dijaga. "Kami akan serahkan hasil penelitian ini kepada Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan RI. Dan untuk selanjutnya kami akan merencanakan melakukan penelitian kembali di 2013 mendatang," ujarnya.
Sementara itu Kepala Pusat Arkeologi Nasional Dr Bambang Sulistyo menuturkan Pusat Arkeologi Nasional telah menerjunkan tim untuk melakukan penelitian di Situs Megalitikum Gunung Padang dengan tenaga ahli dari berbagai cabang ilmu seperti arkeogi dan geologi. Penelitian ini untuk mengungkap bagaimana sebenarnya Situs Gunung Padang di masa lalu. "Kami melakukan penelitian arkeologi ini mulai tanggal 9 November 2012. Penelitian ini diharapkan bisa segera menjawab apa sebenarnya yang ada situs megalitikum terbesar di Asia Tenggara tersebut, dan rencannya akan dilanjut penelitian ini pada tahun 2013 mendatang," katanya.
Selamatkan Situs Gunung Padang!
Posted by: Risalahati
Dedic Ahmad Updated at: 13:17
No comments:
Post a Comment