Setiap kota memiliki sejarahnya sendiri. Termasuk kota yang baru-baru ini mendapat predikat sebagai kota termahal di dunia dari Economist Intelligence Unit, yaitu Tokyo.
Salah satu tempat yang bisa menceritakan sejarah Tokyo adalah Edo-Tokyo Museum. Edo-Tokyo Museum terletak dekat dengan stadium sumo Ryogoku di Tokyo. Sebuah pilihan tempat yang tepat untuk turis yang ingin menggali lebih dalam sejarah Tokyo.
Minggu lalu, detikTravel pun berkunjung ke museum ini. Patung seorang pria dalam balutan pakaian tradisional berdiri gagah di dalam Edo-Tokyo Museum. Ia berdiri seakan siap menyambut pengunjung yang datang.
Sosok yang diabadikan dalam bentuk patung tersebut, tentu bukanlah orang biasa. Menurut pemandu wisata kami, Akiko, patung tersebut merupakan patung Tokugawa Ieyasu. Lebih dari 4 abad lalu, tepatnya di tahun 1590, Tokugawa Ieyasu mendirikan benteng pertahanannya di Edo.
Edo kala itu adalah sebuah desa terpencil. Tidak ada yang menyangka kalau desa yang dulunya diselimuti alang-alang ini bisa menjelma menjadi sebuah kota modern. Bahkan, tak ada yang bisa menampik daerah ini menjadi salah satu kota terpenting di dunia.
Kemudian pada tahun 1868, nama Edo diubah menjadi Tokyo. Sejak itu, kota ini bertransformasi dengan cepat. Dalam perjalanannya, Tokyo telah berhasil melalui beberapa bencana besar. Beberapa bencana itu adalah gempa bumi Great Kanto di tahun 1923, hingga serangan mengerikan saat Perang Dunia II di tahun 1945.
Mengunjungi museum yang dijalankan oleh pemerintah ini, pengunjung seakan dijebloskan ke mesin waktu. Jelas saja, Edo-Tokyo Museum menampilkan berbagai replika bangunan Tokyo di Zaman Edo yang dibuat dengan sangat detil.
Setelah melintasi Jembatan Nihonbashi, kami disajikan dengan replika yang menggambarkan suasana di area sebelah utara jembatan ini. Tentu semua ditampilkan sesuai dengan suasana pada periode tersebut. Replika ini berisi 600 miniatur orang dengan penggarapan yang hati-hati, terlihat dari penampakannya.
Berangkat dari replika ini, kami pun menelisik lebih dalam ke Tokyo di masa lalunya. Selain suasana kota, kami juga diajak untuk melihat gaya hidup dan kebudayaan mereka saat itu, melalui tiruan rumah tradisional, sistem perairan, termasuk kendaraan yang populer di zamannya.
Bilik telepon pertama di Jepang juga dipajang di Edo-Tokyo Museum. Tak ketinggalan properti dan kostum yang dipakai di pementasan teater terkenal Kabuki, Sukeroku, ikut mejeng di museum yang didirikan pada Maret 1993 silam ini.
Lebih asyik lagi, pengunjung bebas naik ke koleksi museum berupa kendaraan tradisional warga Jepang yang populer di masanya. Seperti yang terlihat di foto, teman saya, Kai Ying dari Singapura, asyik berpose di atas salah satu alat transportasi yang dipamerkan.
Dari berbagai replika yang ditampilkan, kami pun dengan antusias menyaksikan transformasi Edo menjadi Tokyo dengan mulut yang tak henti berdecak kagum.
Jika ingin memasukinya, sisihkan uang 600 Yen (Rp 62.000) untuk menebus tiket masuk dewasa. Butuh waktu sekitar 2 jam untuk menjelajah museum ini hingga tuntas.
Terjeblos 'Mesin Waktu' di Edo-Tokyo Museum
Posted by: Risalahati
Dedic Ahmad Updated at: 15:15
No comments:
Post a Comment